Selama mana aku terduduk diam disini,
Pasrah pada permainan takdir kita,
Kesucian cinta dirobek,
Ketulusan hati dikhianati,
Membimbingku ke lembah nestapa,
Hingga kini aku tetap,
Bersama kesendirianku…
Pahit kurasakan,
Sepahit menelan hempedu kasih,
Sakit kuderitakan,
Sesakit menahan nyawa berpisah dari jasad,
Kerana kesendirianku,
Semakin menanah sukma yang sarat membilang rindu…
Bulan dan kesendirianku,
Cahaya penuh,
Bulan itu milikku…
Silaunya,
Menerangi gelap pandanganku,
Menyuluh sekeping hati yang ingin menyintai,
Jua dicintai,
Kerna hanya bulan bisa mengerti,
Bahasa hati mati yang menyendiri…
Kesendirianku,
Menolak segala cinta yang kerap hadir,
Menyembunyi perasaan gelojak jiwa,
Enggan kehilangan kesendiriaku yang terindah,
Kerna aku bahagia dengan semua ini,
Biarpun aku tak punya cinta,
Kesendirianku anugerah terulung,
Pasti ada hikmah-Nya terkandung,
Walau semua tak melihat derita yang lama menanggung,
Aku masih gah untuk terus mengendong,
Semua lara, duka dan nestapa…