Home Motherhood Travel Food Baby Stuff Relationship

Epilog; Melankolia Bellaluna

Hati kecewa. Jiwa mengamuk. Jasad dicarik-carik. Fikiranku dibelasah rindu. Adakah yang sudi mendengarnya? Adakah yang bisa merasakannya? Atau mungkinkah semua alpa? Melupakan dan membiarkanku? Ah barangkali, hanya aku yang tegar meletakkan diriku bermastautin dalam daerah luka ini sendiri. Masakan tiada yang melihatku? Tandus dalam sangkar nestapa masa silam.


Luna, jika dirimu sendiri tak bisa memberi jawapan pasti, lupakan harapanmu mendamba jawapan dari orang lain! Sedarlah!


Tersudut kamar, terdiam kuterduduk. Terpampang bayangan masa silam menghanyutkan aku tersesat ke daerah luka ini kembali. Menangis, ketawa, tersenyum, marah, rindu dan kembali menangis. Hanya itu perlakuanku sehari suntuk. Monolog sendiri…


Untuk semua lelaki yang pernah ku cintai; wasiat kasih ini hanya bertujuan untuk dikongsi bersama. Agar kalian bisa menyelami bangkai hatiku yang lama sudah mati. Merasakan apa yang aku rasakan. Ciretera cinta kosong; “Melankolia Bellaluna”.

No comments:

Post a Comment